Peran Keluarga sebagai Pilar Pemulihan bagi Orang dengan Masalah Kejiwaan (ODMK)

Penulis: Syahri Maghfirohtika
Editor: Triana Rahmawati

Bayangkan jika seseorang di lingkungan kita kerabat, teman, atau tetangga mengalami gangguan kejiwaan. Apakah kita akan mendekat dan merangkul, atau justru menjauh dengan rasa takut? Realitas sosial hari ini masih menunjukkan tingginya stigma terhadap Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK). Mereka sering dianggap berbeda, tidak normal, bahkan berbahaya. Di tengah keterasingan itu, satu-satunya tempat yang seringkali tetap menerima mereka tanpa syarat adalah rumah. Rumah bukan sekadar bangunan fisik, melainkan ruang yang sarat makna sosial dan emosional, di mana kasih sayang keluarga menjadi terapi pertama dan utama dalam proses pemulihan ODMK. Dalam konteks ini, keluarga tampil sebagai benteng terakhir yang tidak hanya melindungi, tetapi juga menyembuhkan.

Dalam kajian sosiologi, konstruksi masyarakat terhadap ODMK seringkali melahirkan diskriminasi sistematis dan pengucilan sosial. Labelisasi ini memperparah beban psikologis ODMK, menjauhkan mereka dari akses sosial dan produktivitas. Di sinilah letak pentingnya keluarga sebagai lembaga sosial primer. Keluarga menjadi aktor utama dalam membangun kembali identitas sosial ODMK melalui interaksi sehari-hari yang penuh empati, pemahaman, dan penerimaan. Studi Setiyani dan Maguphita (2021) menunjukkan bahwa ketika keluarga memperlakukan ODMK seperti manusia seutuhnya, proses pemulihan berjalan lebih stabil. Rumah yang suportif dan penuh kasih memungkinkan ODMK tidak hanya sembuh secara medis, tetapi juga secara sosial dan emosional.

Selain dukungan emosional, kekuatan rumah juga diperkuat melalui psikoedukasi keluarga. Hasil studi Nurhikmah et al. (2021) mengungkap bahwa edukasi kepada keluarga mengenai gejala, penanganan, dan teknik komunikasi dengan ODMK mampu meningkatkan kemampuan coping keluarga serta menurunkan angka kekambuhan. Psikoedukasi ini menjadi bentuk investasi sosial, yang menciptakan keluarga sebagai caregiver aktif, bukan hanya pasien pasif dari sistem medis. Rumah berubah menjadi ruang terapi yang hidup—melalui rutinitas, komunikasi positif, dan penerimaan tanpa syarat. Dengan demikian, rumah berfungsi ganda sebagai sistem pendukung emosional dan sebagai sistem pemulihan sosial yang terintegrasi.

Namun demikian, tidak semua keluarga berada dalam kondisi ideal untuk menjadi pilar pemulihan. Masih banyak yang terjebak dalam keterbatasan ekonomi, minimnya literasi kesehatan mental, dan tekanan stigma dari lingkungan sekitar. Hal ini menandakan bahwa kekuatan rumah tidak bisa berdiri sendiri. Perlu ada dukungan struktural dari negara dan komunitas agar rumah dapat berfungsi maksimal sebagai ruang pemulihan ODMK. Meski begitu, satu hal pasti: ketika rumah menjadi tempat di mana ODMK dimengerti, dimanusiakan, dan dicintai, maka kita sedang menyembuhkan tidak hanya satu individu, tetapi juga menyembuhkan relasi sosial kita yang selama ini retak oleh stigma. Kekuatan rumah tidak terletak pada temboknya, tetapi pada hati-hati yang memilih untuk tetap tinggal, merawat, dan berharap.

Referensi:

Dewi, O. I. P., & Nurchayati. (2021). Peran Dukungan Sosial Keluarga dalam Proses Penyembuhan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Character: Jurnal Penelitian Psikologi, 8(1), 99–105.

Nurhikmah, N., Wijoyo, E. B., Yoyoh, I., Kartini, K., Hastuti, H., & Mulyawan, A. (2021). Intervensi Psikoedukasi Keluarga untuk Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ): Literature Review. Edu Masda Journal, 5(2), 1–6. Retrieved from http://openjournal.masda.ac.id/index.php/edumasda

Setiyani, R. Y., & Maguphita, D. N. (2021). Dukungan Keluarga dalam Penanganan ODGJ. Jurnal Psikologi Terapan dan Pendidikan, 3(1), 27–32. https://doi.org/10.26555/jptp.v3i1.20693

Rokapress. (2023). Peran Keluarga dalam Proses Pemulihan ODGJ. Retrieved from https://rokapress.com/peran-keluarga-dalam-proses-pemulihan-odgj

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *